Jumat, 19 Desember 2008

Mental Belajar Para Juara

Apa yang terjadi sebenarnya ketika seseorang belajar ? apa yang terjadi dan bagaimana prosesnya? Kalau biasa saya suka menjelaskan secara detail, maka disini saya tampilkan video clipnya. Silakan unduh di sini : clip tentang otak.

Coba lihat dulu clip tersebut sebelum membaca selanjutnya...

Bagi yang penasaran dan lama menunggu unduhan filmnya tidak ada yang salah kalau mau langsung baca. hehhe

Oke focus ke topik, dari clip tersebut, ternyata perjuagan untuk belajar suatu hal yang asing di dalam otak merupakan usaha yang sangat berat. Ibaratnya menyeberangi 2 bukit terjal yang terpisah jauh, yang tidak semata-mata bisa diloncati oleh orang lompat galah sekalipun. Itulah barrier antara state tidak tahu, tidak faham, tidak hafal ke state memahami suatu informasi/ ilmu/ artikel dan lain sebagainya. Memang kuncinya adalah proses mengulang dan pantang menyerah.

Pernahkah anda mempelajari sesuatu, begitu melihat istilahnya asing semua (bukan bahasa asing, tapi istilah-istilah yang sesuai topik tersebut, tapi anda belum mengenali maksud istilah tersebut karena baru dalam bidang tersebut), maka anda mundur teratur dalam mempelajari hal tersebut? ada... ? banyakkkk.

Pernahkan anda mempelajari bidang anda, dan tidak faham sesuatu, lalu merasa gengsi bertanya atau tidak tahu bertanya kepada siapa, sehingga topik tersebut merupakan momok anda dalam bekerja ? Ada... ? banyakkk

Pernahkah anda melihat suatu topik belajar, orang lain bilang itu sulit, tapi begitu melihat sekali, dan jatuh cinta topik tersebut, kemudian tanpa terasa waktu berlalu dan anda dapat belajar dengan mudah dan memahaminya, lalu orang bilang anda berbakat ? ada ? .. banyak...

Coba dibandingkan ketiga hal tersebut. Topik bisa sama, yang dibaca bisa sama tapi kecepatan dalam memahami bisa akan berbeda. Yang satu menikmati menelaah topik tersebut, yang lainnya menganggap beban..

Seharusnya belajar adalah proses yang fun. Dalam kelas advance yang saya ajarkan dalam bidang jaringan komputer, seringkali dasar-dasar jaringan menjadi penting agar dapat memahami materi selanjutnya. Apa yang terjadi kalau hari pertama ikut kelas yang terbayang adalah banyak istilah asing yang perlu dihapal, banyak materi yang musti dimengerti secara cepat, banyak orang yang gagal mempelajari materi tersebut dan seabrek pemikiran negatif tersebut. Bisa ditebak, daya serap akan sangat menurun, bahkan sampai training selesai, materi yang seharusnya dia fahami menjadikan beban fikiran sepanjang training. hei ini bukan training motivasi atau kinerja yang bisa diselingi dengan game-game yang fun, atau aktifitas games group yang menarik itu. Ini training skill komputer yang sangat teknis.

Disinilah seharusnya letak kreatifitas trainernya, jangan sampai training yang memang serius dan padat materi menjadi momok yang menakutkan bagi para peserta training. Tapi bukan itu yang akan saya bahas disini. Saya menyoroti adalah masalah utama belajar adalah apa yang saya sebut dengan "trauma belajar". Bahasa mudahnya adalah rasa minder dalam belajar. mau bukti.. oke coba kita simulasikan proses dalam belajar..

Pada saat kita mempelajari hal baru, otak dalam proses kebingungan karena dia tidak menemukan referensi apapaun yang berhubungan dengan subject tersebut. Pada saat state inilah dia mencoba membangun koneksi / syaraf yang baru yang siap menampung informasi baru tersebut. Itu dialami oleh semua orang dalam belajar. Tapi ada yang mudah belajarnya dan ada yang susah atau bahasa sederhananya adalah ada yang jenius dan cerdas ada yang bodoh. Mengapa ini terjadi, prosesnya sama, tapi penlabelannya berbeda. Menurut saya pribadi ternyata orang bodoh di dunia ini tidak ada, yang ada adalah orang yang malas dalam berfikir. Sikap malas inilah yang menghasilkan perbedaan mana orang bodoh dan orang cerdas. Dan garda depan dalam hal ini adalah mental / sikapnya yang merujuk kepada pola fikir atau paradigma.

Saya suka mengatakan bahwa cara berfikir orang cerdas adalah pola fikir orang hebat, bahasa kerennya adalah patern of excelent. Bagaimana cara mereka berfikir ? Pada saat mereka menghadapi topik baru, otaknya menggenerate / menjalankan program lainnya yang menghasilkan perasaan tertantang, bergairah, rasa penasaran sehingga memicu rasa tidak sabar untuk menghabiskan lembaran-lembaran buku yang membahas topik tersebut. Bahkan pada saat dia belum menemukan apa yang dia cari, maka dia akan mencari sumber lain, bisa dari internet, diskusi teman, pakar dibidangnya dan sebagainya sehingga akhirnya dengan puas dan sukses dia menjadi lebih paham dari orang lain tentang topik tersebut. Yup mental para juara - patern of excelent

Berbeda dengan orang yang mengklaim dirinya sendiri bodoh. hehhe yeah pelabelan bodoh itu sebenarnya yang membuat adalah diri sendiri. Sangat jarang guru dan orang tua yang mencap anaknya bodoh. Orang tua yang mencap anaknya bodoh sebenarnya adalah mencap dirinya sendiri bodoh (kan anaknya, dia yang seharusnya mendidiknya) yang parahnya bergaung di dalam fikiran anak adalah diri anak sendiri yang melabel dirinya bodoh. Jadi Orang tua melabel dirinya bodoh yang ditiru anaknya melabel diri sendiri bodoh (hati hati orang tua pada saat mencap anak sendiri / orang lain bodoh). Bagaimana dengan guru yang mencap anak didiknya bodoh ? Itu hanya menunjukkan ketidakmampuan dia menjelaskan materi yang diajarkannya saja. Anak tidak bodoh, tapi gurulah yang kurang creatif dalam menjelaskan sehingga tidak dapat difahami oleh anak didiknya.

Jadi orang bodoh itu tidak ada. yang ada adalah orang malas berfikir. Bagaimana kalau orang lambat dalam memahami suatu topik? ini hanya masalah belum terinformasikan belajar yang efektif itu seperti apa, apakah pada saat kita berada dalam pendidikan dasar pernah diajarkan belajar efektif itu seperti apa ? saya pribadi menjawab tidak pernah.. dan itu tidak masuk dalam kurikulum sekolah. Sumber utama sikap malas berfikir adalah rasa rendah diri. Yup pangkal masalahnya adalah disini, kita tidak cukup pd (percaya diri) bahwa diri kita cerdas. Pada saat pemikiran kita bahwa kita tidak secerdas orang lain, maka sikap mental kita dalam belajar menjadi loyo imbasnya adalah malas berfikir, tidak perhatian, tidak focus dan sebagainya. apakah sesederhana itu ? ya tentu saja..

Kita ambil cerita lagi, kita lihat lingkaran setannya mengapa seseorang itu menjadi bodoh matematika dan seumur hidup dia bodoh matematika. Pada awalnya dia menilai netral terhadap bahan matematika. Hari pertama dia belajar matematika adalah tentang penambahan dan pengurangan. Namun karena dia kondisinya sakit dan agak demam, dia kurang konsentrasi sehingga dia tidak memahami materi sepenuhnya. Minggu berikutnya, topik yang dibahas adalah materi penambahan dan pengurangan yang lebih maju. Karena minggu lalu dia kurang faham, maka tentu saja dia mulai kesulitan memahami materi selanjutnya. Ketika minggu berikutnya ada ulangan matematika, dan hasilnya kurang memuaskan, maka dia mulai mencap dirinya tidak berbakat matematika. Secara bawah sadar sudah tertanam seperti itu sehingga kemauan belajar matematika menjadi berkurang. Imbasnya lagi adalah ulangan berikutnya nilainya semakin jelek untuk matematika. Akibatnya dia teryakinkan dia bodoh matematika. Begitu terus prosesnya berlanjut seperti lingkaran setan sehingga dia benar benar alergi matematika. Mau anak anda seperti ini ? bagaimana anak bisa cerdas secara finansial nantinya, kalau hitung-hitungan matematika dasar saja alergi. ;)

Namun solusinya bagaimana ? kita lihat kisah yang berbeda. Pada saat ulangan pertama nilainya kurang memuaskan, sebagai seorang ayah,dia hanya tersenyum dan bilang.. "bagus.. ayah dulu seperti kamu.. itu hanya masalah waktu kamu hanya perlu aktif bertanya dan percaya diri, karena ayah adalah orang sukses.. kamu juga pasti bisa melebihi ayah... karena ayah dulu juga ndak ngerti matematika." Yang terjadi adalah minggu berikutnya dia aktif bertanya dan belum puas sebelum faham bahkan materi minggu lalu juga ditanya. Sampai waktunya berakhirpun dia masih mengejar guru matematikanya diruang guru. Hasilnya minggu berikutnya ulangnya membaik dan mulai melabel dirinya cerdas matematika. Dia mulai suka dengan topik matematika karena temen temennya memuji bahwa dia jago matematika. Kemudian karena rasa bangga, dia mulai belajar topik matematika yang lebih maju dari pelajaran sekolah, akhirnya dia semakin paham dan semakin paham sehingga semakin dipuji, semakin semangat, 25 tahun kemudian dia menjadi dosen IT di sebuah perguruan tersohor di negerinya.

kasus yang sama, masalah yang sama, endingnya yanag berbeda. Itu berawal dari mengerti cara kerja otak. Mau seperti ini.. Jangan lupa usia tidak bisa menjadi alasan orang menjadi tidak PD dalam mempelajari sesuatu. Itu hanya masalah kemalasan dalam berfikir.
Jadi.. kalau anda mulai belajar topik yang sulit.. seharusnya anda tersenyum.. karena itu saatnya anda membuktikan kedasyatan diri anda, karena sesungguhnya semua orang lahir sebagai para juara...

Tidak ada komentar: